Saturday 4 August 2012

"Farabi, senakal apakah dirimu,nak?"

Ketika terjaga tengah malam, tiba-tiba saja pikirku mengembara...
Mengingat sosok mungil yang baru saja kukenal, Farabi namanya.

"Dia itu nakal sekali teh, neneknya yang cerita.."
begitu ungkapan sahabat dekatku tentangnya.

"Guru-guru TK nya juga cerita seperti itu, semua nyerah dengan sikap Farabi yang susah diatur."
lanjut ungkapan sahabat baik ku.

*****

Awal perjumpaan ku dengan Farabi pada hari ahad yang lalu, memakai baju muslim putih-putih,
lengkap dengan pecinya, ia nampak begitu rapih, manis...
Aku sama sekali belum mengenalnya, begitupun ahad yang lalu.
Ia masih sangat baru dan terdaftar menjadi salah satu anggota "Rumba (Rumah Baca) Zul aisar".
Satu jam bersamanya pun tidak terlihat ada gejala-gejala yang tidak wajar padanya,
bahkan aku sangat bersyukur sekali ketika ia hadir di Rumah Baca ini.
Secara, ia adalah anak dari teman lamaku, yang kini sedang berada di Jogya.

"Loh,kok bisa?"

Ya, sejak ayah Farabi meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, kini..ia berada dalam
pengasuhan kakek dan neneknya yang sudah lansia, sedangkan temanku berjuang menjadi
'ibu tunggal' demi masa depan anak satu-satunya. Hingga harus bekerja di luar kota...

*****

Kembali, tentang pembicaraan kenakalan Farabi.
Sampai detik ini, aku masih menyangkalnya, aku berani pertaruhkan bahwa Farabi bukan anak nakal.
Dan, berharap gelaran 'nakal' untuknya akan segera lepas.
Meski, aku belum sering berinteraksi dengannya, harapan ku demikian...

Pengembaraanku melintas,terbayang wajah-wajah polos ketiga jagoan cilik kami yang 'luar biasa',
tanpa kesabaran yang Allah anugerahkan pada kami, mungkin mereka (anak-anakkami) juga selalu
dan mendapatkan label 'nakal' dari lisan yang tak bertulang ini.

Membayangkan, jika sulung kami sedang ngambek, dan menginginkan sesuatu.
Tak kalah dengan yang tengah, nada suaranya yang cukup tinggi, geraknya yang sangat lincah,
disertai keunikan karakter lainnya, cukuplah ia yang paling sering dimarahi oleh orang-orang disekitarnya.
Syukur, diimbangi putra kami yang ketiga, cukup diam namun sangatlah sensitif, mendengar suaraku meninggi
sedikit saja, air mukanya sudah berubah, kemudian menangis... subhanallah.

*****

Meresapi semua yang Allah berikan, sungguh indah.
Aku jadi belajar mengenai kesabaran dari ketiga putra kami.
Tak peduli, jika ada sebagian suara-suara sumbang yang mengatakan 'miring' tentang banyaknya
amanah yang Allah berikan.

Sebaliknya, aku semakin bersyukur dengan segala ujian yang Allah beri.
Bahwasanya, anak-anak adalah fitnah (ujian) bagi kita kedua orang tua nya.
Dengan bermacam karakter yang aku hadapi sehari-harinya,
ku katakan... mereka (semua anak-anak ) tidak ada yang nakal.
Dan, tidak berhak diberi gelaran 'nakal'.

Kita sebagai orang dewasa, yang diajak tuk banyak belajar dari kehidupan mereka,
belajar sabar, belajar mengalihkan sesuatu dengan benar dan kreatif, dengan
nikmati segala celoteh manja nya, nikmati setiap rengekan yang cukup membuat
kita kesal, nikmati tangisan-tangisan kecilnya, nikmati semuanya....

Dan, semua itu hanya sebentar saja...

Kelak, usia mereka dewasa, kita kan merindukan semua itu...

*****

<photo id="1" />


Untuk mu, Farabi-ku ..
"Semoga, masih banyak ruang di hati ini, tuk membagi kasih sayang meskipun setitik adanya.
Maka, ajarilah kami tuk lebih sabar menghadapi mu dan keempat anak yatim lainnya di Rumah Baca
Zul Aisar ini"






Catatan kecil tentang kejadian-kejadian di RumahBaca Zul Aisar,
Jakarta,28 Okt 2010
Dini Rahmajanti (Dee)

No comments:

Post a Comment